Sapa Tahu ini Wujud Terimakasi Bumi

Pandemi besar-besaran bernama Virus Covid 19 yang menyerang hampir seluruh penjuru dunia membawa dampak yang sangat berpengaruh dalam segala aspek. Sebut saja aspek ekonomi, banyak perusahaan maupun pabrik yang terpaksa gulung tikar dan merumahkan karyawan sampai batas waktu yang tidak jelas. Sektor pendidikan apalagi, semua siswa diwajibkan belajar di rumah dengan sistem daring. Tugas dikirim melalui berbagai aplikasi yang mendadak famous padahal dulunya kita nggak tau aplikasi apakah itu ? kok mirip-mirip kaya jalan basah (Becek,red.). Apalagi ada aplikasi teleconferen yang katanya bisa ngehack ebanking kita, khan syerem....😣. Terlepas dari itu semua pastilah kita tetap berusaha menggerakan roda perekonomian dan roda pendidikan agar terus berjalan di tengah perang wabah ini. 



Pernah nggak sih kebayang virus yang saking imutnya sampe nggak terlihat mata itu akan jadi musuh paling ditakuti manusia seisi bumi ini ....??? Jujur kalau aku nggak nyangka banget. Aku yang dulunya paling meremehkan masalah cuci tangan sekarang mendadak parno. Sedikit-sedikit cuci tangan, kalaupun nggak nemu tempat cuci tangan, hand sanitizer pun jadi kawan sejati yang setia menemani dalam tas. Anak-anak di rumah akhirnya juga terbiasa dengan kegiatan cuci tangan, cuci kaki dan cuci muka pake sabun setiap kali habis keluar rumah, tapi saya yakin anak-anak lebih memilih kegiatan tersebut lantaran takut diomelin mamanya (saya,red.) ketimbang sama virus covid 😆. 
Dulu waktu kecil saya sering didongengi nenek saya tentang "Begebluk" atau "Pagebluk" kalau bahasa Indonesianya "Wabah". Ketika itu saya membayangkan Bagebluk adalah bayangan hitam tinggi besar yang setiap malam mengetuk pintu-pintu rumah warga, siapa yang pintunya habis diketuk niscaya besoknya penghuni rumah itu sakit. Namun, saat ini saya baru memahami maksud dari istilah Bagepluk, walaupun dalam wujud milenial. Obat penangkal Bagepluk yang dulu jadi andalan warga yaitu bawang merah yang diletakkan di sudut-sudut rumah, akhirnya sekarang mulai naik daun lagi dan masih dijadikan primadona andalan masyarakat millenial. Zaman boleh berganti, kepercayaan peninggalan nenek moyang masih dipakai dong !
Hal lainya yang tak kalah menakutkan bagiku adalah ketika melihat seseorang memakai masker putih. Entah ya, aku dulu punya pengalaman waktu kecil yang sangat membekas dipikiran. Ketika itu aku sakit dan harus dibawa kerumah sakit, disana ada seorang pasien yang naik kursi roda dengan memakai masker putih, melihat itu aku sangat ketakutan dan sampai besarpun kalau ada orang memakai masker putih aku masih bergidik. Beda dengan sekarang, masker seolah jadi outfit wajib yang harus dikenakan ketika keluar rumah. Anjuran pemerintah hingga ancaman penjara pun mulai digalakan bagi warga yang tertangkap keluar rumah tidak menggunakan masker.


Tapi dengan adanya pandemi ini seolah kita diajak untuk iktikaf dalam konteks di rumah aja. Kita mengurangi kesibukan dan rutinitas dan memperbanyak waktu dengan keluarga dan lebih khusyuk beribadah di rumah. Bonding dengan anak-anak jadi lebih erat, karena kita bisa ikut ambil bagian dalam membantu tugas sekolah anak. Tugas-tugas domestik rumah yang dulunya dikerjakan semampunya kini bisa dicicil sedikit demi sedikit, walapun saya yakin sedikerjakan bagaimanapun juga tugas domestik ga akan pernah kelar 😳. 
Sinar matahari jam 10.00 yang dulunya nggak pernah menyentuh kulit kita, sekarang udah jadi santapan wajib. Kegiatan berjemur sudah menjadi rutinitas harian yang seolah dibayangkan layaknya di pantai walaupun cuma diatap rumah.


Tetap berdoa tetap bersyukur, setidaknya kita pernah menjadi bagian perubahan geliat bumi ini. Tetap berdoa tetap bersyukur setidaknya kita masih diberikan sehat lahir bathin untuk kita dan keluarga. Tetap berdoa tetap bersyukur setidaknya kita masih diberikan pikiran yang waras dan iman yang kuat agar tetap bisa berpikir jernih dan menyaring informasi yang banyak salah kaprah. Tetap berdoa tetap bersyukur setidaknya kita masih diberikan rizki oleh Alloh dan bisa berbagi dengan saudara yang membutuhkan. Bumi sedang ingin beristirahat, sapa tahu Bumi berterimakasih ke si Covid lantaran tidak ada lagi asap polusi yang mengepul terbang ke langit.



Comments

Popular Posts